Mengintip Kegiatan Outbound Peserta Pendidikan Lemhanas di Bogor

Jakarta – Sebelum mendapatkan materi perkuliahan di kampus, peserta Program Pendidikan Reguler LIV Lemhannas RI Tahun 2016 mendapatkan kegiatan outward bound. Outward bound adalah kegiatan outbound untuk melatih kemampuan dalam kepemimpinan para peserta Lemhanas.

“Para peserta Lemhanas ini di level strategis, national stategic leadersmasa depan. Oleh karena itu outbond ini dikemas untuk level itu,” ujar Narasumber dan Tutor untuk Outbond Peserta Lemhanas Kombes (Purn) Herman Rasjid, Sabtu (16/4/2016).

Herman Rasjid

Pendidikan outbound dilakukan sejak Kamis (14/6) sampai Sabtu (16/4) pagi tadi, yang dilaksanakan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido, Bogor. Total ada 107 peserta di antaranya dari unsur TNI sebanyak 34 orang, Polisi 17 orang, Kementerian, Kejaksaan Agung, MA, Lembaga Sosial Masyarakat dan kader partai yang sebelumnya telah diseleksi melalui tes. 11 Orang di antaranya peserta perempuan.

Melatih Kepemimpinan dan Kerja Tim

Konsep outbound yang diterapkan kepada para peserta Lemhanas ini tidak seperti outbound pada umumnya yang lebih mengedepankan permainan. Tetapi di sini, para peserta pendidikan dihadapkan dengan tantangan yang nyata.

“Makanya kita main di gunung, naik-turun perbukitan, ada tantangan cuacanya yang hujan sehingga tantangannya lebih real. Tantangan inilah yang akan dihadapi para peserta ketika mereka kembali ke institusinya masing-masing,” jelas Herman.

Selain sebagai wadah pembentukan karakter, kegiatan outbond juga menguji kemampuan kepemimpinan para peserta yang kelak menjadi pemimpin strategis di tingkat nasional. Para peserta juga akan diuji kesahajaan dari kepemimpinannya dalam materi outbound ini.

“Karena kesahajaan itu penting seorang pimpinan, bagaimana dia mengelola manajemen dengan bersahaja,” imbuhnya.

Selama outbond ini, para peserta diperlakukan dengan setara. Tidak ada fasilitas mewah yang diberikan selama kegiatan outbond ini. “Makan, tempat tidurnya semua sama, tidak ada yang mewah-mewah,” cetusnya.

Selain melatih kemampuan kepemimpinan, para peserta outbound juga dilatih bagaimana memecahkan masalah bersama-dama dalam suatu kerja tim. Di sini, akan terlihat kelemahan dan kelebihan masing-masing peserta.

“Kami berbasis kepada teori grup dinamis, itu teorinya. Oleh karena itu kita harus tempatkan bersama dalam situasi kondisi penuh tantangan, mengerahkan kemampuan lahir batin, apa kelemahan dan kelebihannya dan bisa apresiasi kinerja orang lain,” jelasnya.

Tantangan dalam Kepemimpinan

Ada beberapa media yang digunakan dalam kegiatan outbond ini, salah satunya di mana satu tim yang terdiri dari 14 orang harus membawa seekor kambing dari satu titik ke titik lain sejauh 4 Kilometer. Tujuannya adalah untuk menguji kreativitas, tanggung jawab para peserta dalam menghadapi tantangan di masa depan.

“Kambing itu adalah faktor kesulitan, beban yang kita berikan kepada mereka, kita ajak kekayaan konseptualnya, paling (kambing) ditarik-ditarik, dibentak-bentak tapi kalau konsepnya tanggung jawab, (kambing) harus selamat. Nah nanti timbul kreativitas untuk membawa bersama-bersama atau timbul risk taker, pengambil risiko dengan dipikul (kambingnya),” urainya.

Herman mengatakan, ada alasan tertentu mengapa kambing yang dipilih sebagai media dalam outbond ini. Sebelum kambing, beberapa hewan pernah dijadikan media, tetapi kambinglah yang paling cocok.

“Nah kenapa kambing? Dulu kita pernah coba pakai angsa, tetapi mematuk dia, gampang memang bawanya. Terus anjing, bagi persoalan bagi peserta Muslim, haram. Sapi, enak mereka barang-barangnya ditaruh di sapi. Nah kalau kambing ini pas kambing itu bau dan susah kalau diajak jalan,” tambahnya.

Selain media kambing, peserta juga dilatih team work dengan memanfaatkan batang pohon bambu untuk dijadikan rakit dan dayung. Satu tim peserta berjumlah 14 orang harus menggunakan rakit buatan mereka untuk menyeberang di Danau. “Yang kita mau tahu, di situ leadership, konseptual dan perencanaannya,” katanya.

Menguji Soliditas

Selama masa outbound, para peserta Lemhanas menunjukkan kreativitas dan soliditasnya dalam team work. Tetapi, performa tersebut akan diuji sebenarnya ketika para peserta kembali ke institusinya masing-masing saat menjadi pemimpin kelak.

“Kalau kita lihat dari awal mereka kan bukan orang-orang yang tidak kenalteam work. Cuma mereka itu kan tukang perintah, bossy, tapi kan tidak ditunjukkan selama outbound ini. Ini baru tingkat forming ketika dilanjutkan ketika sekolah nanti akan banyak yang mempengaruhi soliditas. Nanti kalau sudah kembali ke alam pekerjaannya banyak hal-hal yang membuat soliditas jadi longgar,” paparnya.

Ketidaksolidan akan timbul ketika muncul disorientasi, kejenuhan dan egoisme pribadi. Itulah yang diingatkan oleh narasumber dan tutor selama pelatihan dalam otubond terhadap para peserta.

“Dunia ini diberikan oleh Allah itu bukan hanya bagi orang yang mampu, tapi bahi yang tidak mampu. Kalau dia mental climbers dia tidak akan membiarkan hal-hal yang merintanginya, dia tetap akan mendaki,” lanjutnya.

Salah satu peserta, Kombes Pol Mohammad Iqbal merasakan besar manfaatnya dari outbond ini. Dengan outbond ini, para peserta dapat lebih meningkatkan kemampuan dalam managerial dan bekerja sebagai team work yang solid.

“Kegiatan outbond ini samgat bermanfaat karena kita diajarkan untuk setiap melakukan sesuatu dengan proses managerial, serta membentuk karakter building sebagai calon pemimpin tingkat nasional. Kita juga dituntut harus dapat mengambil keputusan yang tepat dalam kondisi apapun. Team Work waiib dilakukan untuk mencapai suatu tujuan atau visi,” ujar Iqbal.

“Banyak sekali yang sapat kita petik untuk diimplementasikan di tempat bekerja masing-masing. Pak Herman dan tim sangat profesional dalam memberikan pelatihan ini,” kata Iqbal yang juga Ketua Senat Program Pendidikan Lemhanas LIV Tahun 2016 itu.

 

sumber : Detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.